Kata “kwarshiorkor” berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati “anak yang kekurangan kasih sayang ibu” . Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein berat yang disebabkan oleh intake protein yang inadekuat dengan intake karbohidrat yang normal atau tinggi. Dibedakan dengan Marasmus yang disebabkan oleh intake dengan kualitas yang normal namun kurang dalam jumlah.
Istilah kwashiorkor sendiri berasal dari bahasa salah satu suku di Afrika yang berarti "kekurangan kasih sayang ibu". Tanda yang khas adalah adanya edema (bengkak) pada seluruh tubuh sehingga tampak gemuk, wajah anak membulat dan sembab (moon face) terutama pada bagian wajah, bengkak terutama pada punggung kaki dan bila ditekan akan meninggalkan bekas seperti lubang, otot mengecil dan menyebabkan lengan atas kurus sehingga ukuran LIngkar Lengan Atas LILA-nya kurang dari 14 cm, timbulnya ruam berwarna merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas, tidak bernafsu makan atau kurang, rambutnya menipis berwarna merah seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menimbulkan rasa sakit, sering disertai infeksi, anemia dan diare, anak menjadi rewel dan apatis perut yang membesar juga sering ditemukan akibat dari timbunan cairan pada rongga perut salah salah gejala kemungkinan menderita "busung lapar".
Penyebab
terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlansung
kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersbut diatas antara lain :
1. Pola
makan
Protein (dan
asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang.
Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan
mengandung protein/ asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya
mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak
memperoleh ASI protein adri sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain)
sangatlah dibutuhkan . Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi
anak berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa
peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.
2. Faktor
sosial
Hidup di
negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan
politik tidak stabil (7), ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan
tertentu dan sudah berlansung turun-turun dapat menjadi hal yang menyebabkan
terjadinya kwashiorkor .
3. Faktor
ekonomi
Kemiskinan
keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan berakibat
pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak
dapat mencukupi kebutuhan proteinnya (2).
4. Faktor
infeksi dan penyakit lain
Telah lama
diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi
derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun
dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.
Sedang dalam
bidang epidemiologi kasus ini
sering dijumpai di daerah miskin, persediaan makanan yang terbatas, dan tingkat
pendidikan yang rendah. Penyakit ini menjadi masalah di negara-negara miskin
dan berkembang di Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Asia Selatan. Di
negara maju sepeti Amerika Serikat kwashiorkor merupakan kasus yang langka.
Berdasarkan
SUSENAS (2002), 26% balita di Indonesia menderita gizi kurang dan 8% balita
menderita gizi buruk (marasmus, kwashiorkor, marasmus-kwashiorkor).
Gejala Klinis
Tanda atau
gejala yang dapat dilihat pada anak dengan Malnutrisi protein
berat-Kwashiorkor, antara lain :
a. Gagal untuk menambah berat badan
b. Pertumbuhan linear terhenti.
c. Edema gerenal (muka sembab, punggung kaki,
perut yang membuncit)
d. Diare yang tidak membaik
e. Dermatitis, perubahan pigmen kulit
(deskuamasi dan vitiligo).
f.
Perubahan
warna rambut menjadi kemerahan dan mudah dicabut.
g. Penurunan masa otot
h. Perubahan mental seperti lethargia,
iritabilitas dan apatis dapat terjadi.
i.
Perubahan
lain yang dapat terjadi adala perlemakan hati, gangguan fungsi ginjal, dan
anemia.
j.
Pada keadaan
berat/ akhir (final stages) dapat mengakibatkan shock, coma dan berakhir dengan
kematian.
DiagnosisDiagnosis ditegakkan dengan anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamesis
Keluhan yanga sering ditemukan adalah pertumbuhan anak yang kurang, seperti berat badan yang kurang dibandingkan anak lain (yang sehat). Bisa juga didapatkan keluhan anak yang tidak mau makan (anoreksia), anak tampak lemas serta menjadi lebih pendiam, dan sering menderita sakit yang berulang.
2. Pemeriksaan Fisik
Yang dapat dijumpai pada pemeriksaan fisik antara lain :
a.
Perubahan
mental sampai apatis
b.
Edema
(terutama pada muka, punggung kaki dan perut)
c.
Atrofi otot
d.
Ganguan
sistem gastrointestinal
e.
Perubahan
rambut (warna menjadi kemerahan dan mudah dicabut)
f.
Perubahan
kulit (perubahan pigmentasi kulit)
g.
Pembesaran
hati
h.
Tanda-tanda
anemia
3. Pemeriksaan penunjang
Darah
lengkap, urin lengkap, feses lengkap, protein serum (albumin, globulin), elektrolit
serum, transferin, feritin, profil lemak. Foto thorak, dan EKG.
Komplikasi
Anak dengan
kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi dikarenakan lemahnya sistem
imun. Tinggi maksimal dan kempuan potensial untuk tumbuh tidak akan pernah
dapat dicapai oleh anak dengan riwayat kwashiorkor. Bukti secara statistik
mengemukakan bahwa kwashiorkor yang terjadi pada awal kehidupan (bayi dan
anak-anak) dapat menurunkan IQ secara permanen.
Penatalaksanaan/
terapi
Penatalaksanaan
kwashiorkor bervariasi tergantung pada beratnya kondisi anak. Keadaan shock
memerlukan tindakan secepat mungkin dengan restorasi volume darah dan
mengkontrol tekanan darah. Pada tahap awal, kalori diberikan dalam bentuk
karbohidrat, gula sederhana, dan lemak. Protein diberikan setelah semua sumber
kalori lain telah dapat menberikan tambahan energi. Vitamin dan mineral dapat
juga diberikan.
Dikarenan
anak telah tidak mendapatkan makanan dalam jangka waktu yang lama, memberikan
makanan per oral dapat menimbulkan masalah, khususnya apabila pemberian makanan
dengan densitas kalori yang tinggi. Makanan harus diberikan secara bertahap/
perlahan. Banyak dari anak penderita malnutrisi menjadi intoleran terhadap susu
(lactose intolerance) dan diperlukan untuk memberikan suplemen yang mengandung
enzim lactase.
Penatalaksaan
gizi buruk menurut standar pelayanan medis kesehatan anak – IDAI (ikatan dokter
anak Indonesia) :
Prognosis
Penanganan
dini pada kasus-kasus kwashiorkor umumnya memberikan hasil yang baik.
Penanganan yang terlambat (late stages) mungkin dapat memperbaiki status
kesehatan anak secara umum, namun anak dapat mengalami gangguan fisik yang
permanen dan gangguan intelektualnya. Kasus-kasus kwashiorkor yang tidak
dilakukan penanganan atau penanganannya yang terlambat, akanmemberikan akibta
yang fatal.
Daftar pustaka :
http://en.wikipedia.org/wiki/Kwashiorkor
silahkan tinggalkan komentar
BalasHapus