Minggu, 23 September 2012

flu burung {pendekatan epidemiologi)



Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas di konfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi. Virus influenza tipe A termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza ini dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus influenza ini terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N9.
Pada tahun 2011, jumlah pasien yang terkena flu burung di Indonesia menurun 11 orang dari 60 kasus di dunia.Sedangkan korban meninggal tercatat sembilan orang, termasuk dua balita di Bali.Korban flu burung di Indonesia antara 2003-2011 terbanyak di dunia dengan 150 kematian, menurut Organisasi Kesehatan Dunia, WHO.Vietnam menyembelih lebih dari 2.500 ayam pekan ini setelah beberapa unggas ditemukan mati di sebuah peternakan di Delta Mekong.
Dan pada 24 Januari 2012 lalu , korban flu burung di Indonesia mencapai 184 orang dan 152 meninggal (32 persen dan 44 persen korban dunia), tertinggi di dunia, diikuti Mesir dan Vietnam. Dari 33 provinsi di Indonesia, 32 merupakan daerah endemis flu burung pada unggas dan hewan lain.

Mutasi virus ini dapat menginfeksi manusia yang berkontak langsung dengan sekresi unggas yang terinfeksi. Manusia yang memiliki resiko tinggi tertular adalah anak-anak, karena memiliki daya tahan tubuh yang lebih lemah, pekerja peternakan unggas, penjual dan penjamah unggas, serta pemilik unggas peliharaan rumahan.
Masa inkubasi virus adalah 1-7 hari dimana setelah itu muncul gejala-gejala seseorang terkena flu burung adalah dengan menunjukkan ciri-ciri berikut :
Menderita ISPA
Timbulnya demam tinggi (> 38 derajat Celcius)
Sakit tenggorokan yang tiba-tiba
Batuk, mengeluarkan ingus, nyeri otot
Sakit kepala
Lemas mendadak
Timbulnya radang paru-paru (pneumonia) yang bila tidak mendapatkan penanganan tepat dapat menyebabkan kematian
flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas kemanusia, melalui air liur, lendir dari hidung dan feces. Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika bersinggungan langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Penderita yang diduga mengidap virus Flu burung disebut penderita suspect flu burung dimana penderita pernah mengunjungi peternakan yang berada di daerah yang terjangkit flu burung, atau bekerja dalam laboratorium yang sedang meneliti kasus flu burung, atau berkontak dengan unggas dalam waktu beberapa hari terakhir. Virus H5N1 mempunyai karakteristik tersendiri karena dapat bertahan di dalam kerongkongan unggas dan lingkungan seperti air dan tanah dalam waktu beberapa minggu, virus tersebut juga bisa bertahan dalam waktu panjang pada suhu dingin dan virus bisa mati jika makanan dimasak hingga matang.
Masa     Inkubasi pen menderita flub urung          adalah
Pada Unggas : 1                minggu dan
Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari . sedangkan
Masa infeksi viirus ini 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak bisa sampai 21 hari.
Flu burung sebenarnya tidak mudah menular dari hewan yang telah terinfeksi, namun jalan untuk penularan itu akan semakin mudah apabila seseorang itu berada dalam kondisi yang lemah dan tidak memiliki system imun yang baik, begitu pula dengan pola pikir orang yang masih tidak percaya dan terkesan meremehkan bahaya penyakit ini. 
Faktor lingkungan ini dibagi menjadi tiga:

a) Lingkungan Biologis

Faktor lingkungan biologis pada penyakit flu burung yaitu agent. Agent merupakan sesuatu yang merupakan sumber terjadinya penyakit yang dalam hal ini adalah virus aviant influenza (H5N1). Sifat virus ini adalah mampu menular melalui udara dan mudah bermutasi. Daerah yang diserang oleh virus ini adalah organ pernafasan dalam, hal itulah yang membuat angka kematian akibat penyakit ini sangat tinggi8.

b) Lingkungan Fisik
·         Suhu

Pada suhu lingkungan yang tidak optimal baik suhu yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah akan berpengaruh terhadap daya tahan tubuh seseorang pada saat itu sehingga secara tidak langsung berpengaruh terhadap mudah tidaknya virus menjangkiti seseorang. Selain itu virus flu burung juga memerlukan suhu yang optimal agar dapat bertahan hidup.

Musim

Faktor musim pada penyakit flu burung terjadi karena adanya faktor kebiasaan burung untuk bermigrasi ke daerah yang lebih hangat pada saat musim dingin. Misalkan burung-burung yang tinggal di pesisir utara Cina akan bermigrasi ke Australia dan Asia Tenggara pada musim dingin, burung-burung yang telah terjangkit tersebut akan berperan menularkan flu burung pada hewan yang tinggal di daerah musim panas atau daerah tropis tempat burung tersebut migrasi.

·         Tempat tinggal

Faktor tempat tinggal pada penyakit flu burung misalnya apakah tempat tinggal seseorang dekat dengan peternakan unggas atau tidak, di tempat tinggalnya apakah ada orang yang sedang menderita flu burung atau tidak.

c) Lingkungan sosial

Faktor lingkungan sosial meliputi kebiasaan sosial, norma serta hukum yang membuat seseorang berisiko untuk tertular penyakit. Misalnya kebiasaan masyarakat Bali yang menggunakan daging mentah yang belum dimasak terlebih dahulu untuk dijadikan sebagai makanan tradisional. Begitu pula dengan orang- orang di eropa yang terbiasa mengonsumsi daging panggang yang setengah matang atau bahkan hanya seper-empat matang. Selain itu juga pada tradisi sabung ayam akan membuat risiko penyakit menular pada pemilik ayam semakin besar.
pencegahan

Dalam menanggulangi flu burung ada beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain: 
1. Pencegahan primer

Pencegahan primer adalah pencegahan yang dilakukan pada orang-orang yang berisiko terjangkit flu burung, dapat dilakukan dengan cara:

a) Melakukan promosi kesehatan (promkes) terhadap masyarakat luas, terutama mereka yang berisiko terjangkit flu burung seperti peternak unggas.

b) Melakukan biosekuriti yaitu upaya untuk menghindari terjadinya kontak antara hewan dengan mikroorganisme yang dalam hal ini adalah virus flu burung.

c) Melakukan vaksinasi terhadap hewan ternak untuk meningkatkan kekebalannya. Vaksinasi dilakukan dengan menggunakan HPAI (H5H2)  inaktif dan vaksin rekombinan cacar ayam atau fowlpox dengan  memasukan gen virus avian influenza H5 ke dalam virus cacar

d) Menjauhkan kandang ternak unggas dengan tempat tinggal.

e) Menggunakan alat pelindung diri seperti masker, topi, baju lengan panjang, celana panjang dan sepatu boot saat memasuki kawasan peternakan.

f) Memasak dengan matang daging sebelum dikonsumsi. Hal ini bertujuan untuk membunuh virus yang terdapat dalam daging ayam, karena dari hasil penelitian virus flu burung mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit.

g) Melakukan pemusnahan hewan secara massal pada peternakan yang positif ditemukan virus flu burung pada ternak dalam jumlah yang banyak.

h) Melakukan karantina terhadap orang-orang yang dicurigai maupun sedang positif terjangkit flu burung.

i)     Melakukan surveilans dan monitoring yang bertujuan untuk mengumpulkan laporan mengenai morbilitas dan mortalitas, laporan penyidikan lapangan, isolasi dan identifikasi agen infeksi oleh laboratorium, efektifitasvak sinasi dalam populasi, serta data lain yang gayut untuk kajian epedemiologi. 

2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang dilakukan dengan tujuan untuk mencegah dan menghambat timbulnya penyakit dengan deteksi dini dan pengobatan tepat. Dengan melakukan deteksi dini maka penanggulangan penyakit dapat diberikan lebih awal sehingga mencegah komplikasi, menghambat perjalanannya, serta membatasi ketidakmampuan yang dapat terjadi. Pencegahan ini dapat dilakukan pada fase presimptomatis dan fase klinis. Pada flu burung pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan screening yaitu upaya untuk menemukan penyakit secara aktif pada orang yang belum menunjukkan gejala klinis. Screening terhadap flu burung misalnya dilakukan pada bandara dengan memasang alat detektor panas tubuh sehingga orang yang dicurigai terjangkit flu burung bias segera diobati dan dikarantina sehingga tidak menular pada orang lain8.
3. Pencegahan tersier

Pencegahan tersier adalah segala usaha yang dilakukan untuk membatasi ketidakmampuan. Pada flu burung upaya pencegahan tersier yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pengobatan intensif dan rehabilitasi1,8.
pengobatan
Pengobatan penderita flu burung disarankan sebagai berikut4:
1.      oksigenasi jika terjadi sesak nafas.
2.      Pemberian cairan parental jika terjadi dehidrasi
3.      Pemberian obat antivirus oseltamivir 75mg dosis tunggal selama 7 hari
4.      Penderita mandapat terapi suportif: nutrisi dengan gizi cukup baik sehingga daya tahan tubuh meningkat
Kesimpulan
virus avian influenza tergolong virus yang sangat mudah mengalami mutasi sahingga tidak jarang antar virus flu burung daerah satu dengan daerah lain terdapat perbedaan.
Faktor penyakit flu burung secara garis besar yaitu host, agent, dan faktor lingkungan.
Untuk menanggulangi flu burung dapat dilakukan dengan 3 tahap pencegahan yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier.

PESAN DARI UKI :
MARI KITA JAGA DIRI KITA DARI NAMANYA MONSTER VIRUS! BIASAKAN HIDUP BERSIH KARENA MENCEGAH LEBIH BAIK DARI PADA MENGOBATI, MENDING DICEGAH DARI PADA HARUS TERSERANG! ITU MOTTO KESMAS HHII :D THANKS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar